A.
Definisi
Terapi Bermain
Bermain
adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang
menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi anak.
Menurut Thompson dan Henderson (2007)
terapi bermain adalah penggunaan model-model
teoritis secara sistematis untuk menjalin sebuah proses interpersonal dimana
seorang terapis menggunakan kekuatan-kekuatan terapetik dari kegiatan bermain,
untuk membantu para klien dalam mencegah atau mengatasi masalah-masalah
psikososial dan mencapai taraf pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.
Terapi
Bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif oleh terapis,
untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan
psikososial, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal melalui
eksplorasi atau ekspresi diri.
B.
Tujuan Terapi
Bermain
Tujuan
terapi bermain adalah mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi
tingkah laku yang diharapkan. Dengan terapi, anak mampu diubah perilakunya
melalui cara yang menyenangkan.
1.
Kategori Bermain :
a.
Bermain aktif
Yaitu anak banyak
menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
b.
Bermain pasif
Energi yang dikeluarkan
sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat).
Contoh: memberikan support.
2.
Ciri-ciri Bermain :
a.
Selalu bermain dengan
sesuatu atau benda
b.
Selalu ada timbal balik
interaksi
c.
Selalu dinamis
d.
Ada aturan tertentu
e.
Menuntut ruangan tertentu
3.
Klasifikasi bermain menurut
isi:
a.
Social affective play
Anak belajar memberi respon
terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya
orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak
diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
b.
Sense of pleasure play
Anak memproleh kesenangan
dari satu obyek yang ada disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan
alat,misalnya bermain air atau pasir.
c.
Skill play
Memberikan kesempatan bagi
anak untuk memperoleh keterampilan tertentu dan anak akan melakukan secara
berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
d.
Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan
peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.
4.
Menurut sosial:
a.
Solitary play
Jenis permainan dimana anak
bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain disekitarnya.
Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
b.
Paralel play
Permainan sejenis dilakukan
oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang
satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung,
biasanya dilakukan oleh anak preschool
Contoh: bermain balok
Contoh: bermain balok
c.
Asosiatif play
Permainan dimana anak
bermain dalam keluarga dengan aktifitas yangsma tetapi belum terorganisasi
dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
d.
Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan
sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu.
Biasanya dilakukanoleh anak usia sekolah Adolesence.
5.
Tahap perkembangan bermain :
a.
Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali
dengan melihat cara bermain.
b.
Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak
mulai masuk dalam tahap permainan.
c.
Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam
perminan.
d.
Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir
anak membayangkan permainan berikutnya.
6.
Karakteristik bermain sesuai
tahap perkembangan:
a.
1 Bulan
Visual: Lihat dengan jarak
dekat gantungkan benda yang terang dan menyolok
Auditori: Bicara dengan
bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam
Taktil: Memeluk, menggendong,
memberi kesenangan
Kinetik: Mengayun, naik
kereta dorong
b.
2-3 Bulan
Visual: Buat ruangan menjadi
tenang, gambar, cermin ditembok. Bawa bayi ke ruangan lain. Letakkan bayi agar
dapat memandang disekitar.
Auditori: Bicara dengan
bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam pertemuan keluarga.
Taktil: Memandikan
,mengganti popok, menyisir rambut dengan lembut, gosok dengan lotion/bedak.
Kinetik: Jalan dengan
kereta, gerakan berenang, bermain air.
c.
4-6 Bulan
Visual: Bermain cermin, anak
nonton TV. Beri mainan dengan warna terang.
Auditori: Anak bicara, ulangi
suara yang dibuat, panggil nama, remas kertas didekat telinga, pegang mainan bunyi.
Taktil: Beri mainan
lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
Kinetik : Bantu tengkurap, sokong
waktu duduk.
d.
6-9 Bulan
Visual: Mainan berwarna, bermain
depan cermin, ”ciluk ….ba”. Beri kertas untuk dirobek-robek.
Auditori: Panggil nama “Mama
…Papa” dapat menyebutkan bagian tubuh. Beri tahu yang anda lakukan, ajarkan
tepuk tangan dan beri perintah sederhana.
Taktil: Meraba bahan
bermacam-macam tekstur, ukuran, main air mengalir, berenang.
Kinetik: Letakkan mainan
agak jauh lalu suruh untuk mengambilnya.
e.
9-12 Bulan
Visual: Perlihatkan gambar
dalam buku. Ajak pergi ke berbagai tempat, bermain bola, tunjukkan bangunan
agak jauh.
Auditori: Tunjukkan bagian
tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara binatang.
Taktil: Beri makanan yang
dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan hangat.
Kinetik: Beri mainan.
C.
Penggunaan
Terapi Bermain Sebagai Teknik Psikoterapi
1.
Nilai Terapi dari permainann
Saat anak mengeluarkan perasaannya melalu permainan, maka mereka membawa
perasaan tersebut kedalam tingkatt kesadaran, sehingga akhirnya mereka akan
terbuka menerima dan belajar mengendalikan atau menolaknya. Bentuk-bentuk
permainan untuk mengekspresikan diri dapat berupa :
a.
Mainan kehidupan nyata
Boneka yang terdiri atas
keluarga, boneka rumah-rumahan, binatang peliharaan atau tokoh kartun dapat
menjadi media untuk mengekspresikan perasaan secara langsung.
b.
Mainan pelepas
agresivitas-bermain peran
Klien dapat
mengkomunikasikan emosi yang terpendam melalui mainan atau materi seperti
karung tinju, boneka tentara, boneka dinosaurus, dan hewan buas, pistol dan
pisau mainan, boneka orang dan balok kayu.
c.
Mainan pelepas emosi dan
ekspresi kreativitas
Klien dapat mengekspresikan
emosi atau kreativitasnya melalui mainan atau materi seperti balok kayu, lilin,
pasir dan air.
2.
Kepada siapa terapi bermain
diberikan
Terapi bermain dapat dipakai sebagai asesmen maupun sebagai terapi.
Terapi bermain dapat diberikan kepada anak yang :
a.
Mempunyai pengalaman
diperlakukan dengan kejam dan diabaikan
b.
Gangguan emosi dan skizofren
c.
Takut dan cemas
d.
Mengalami masalah
penyesuaian sosial
e.
Kesulitan bicara
f.
Anak penyandang autism
3.
Proses
terapi bermain
Menggambarkan lima tahap dimana dimana anak yang mengalami gangguan emosi
berkembang menuju ekspresi diri dan kesadaran diri dalam proses terapi
permainan :
a.
Emosi negatif terekspresikan
secara menyebar ditempat klien bermain. Misalnya, ekspresi dari reaksi terhadap
kekerasan tersebar pada ruang bermain, alat permainan, atau pada terapis.
b.
Anak mengekspresikan emosi
yang bertentangan, misalnya antara kecemasan dengan kekasaran.
c.
Anak lebih fokus dalam
mengekspresikan emosi negatif, misalnya pada orang tua, diri sendiri atau orang
lain dalam hidupnya.
d.
Emosi dan sikap yang
bertentangan negatif dengan positif, kembali terjadi dengan fokus pada orang
tua, diri sendiri atau orang lain.
e.
Anak mengekspresikan
pemahaman atas emosi negatif ataupun positif yang ada pada dirinya dengan
jelas, terbedakan, terpisah, dan realistik dengan sikap positif yang lebih
dominan
Daftar Pustaka
Chethik, Morton. (2000). Techniques
of Child Therapy. 2nd edition. New York: The Guilford Press.
Hurlock E B. (1991). Perkembangan
Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Lovinger, Sophie L. (1998). Child
Psychotherapy: From Initial Therapeutic Contact to Termination. New Jersey:
Jason Aronson, Inc.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Whaley and Wong. (1991). Nursing
Care infants and children. Fourth Edition. Toronto, Canada: Mosby Year Book.
http://minddisorders.com.Ob-Ps Play-theraphy,html=ixzz2oNirDypo