HUMANISTIK
Posted
A.
Konsep
Terapi
Humanisme
menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk
menyatakan diri (self-realization). Humanisme menentang pesimisme
dan keputusasaan pandangan psikoanalistik dan konsep kehidupan “robot” pandangan
behaviorisme. Humanisme yakin bahwa manusia memiliki di dalam dirinya potensi
untuk berkembang sehat dan kreatif, dan jika orang mau menerima tanggungjawab
untuk hidupnya sendiri, dia akan menyadari potensinya, mengatasi pengaruh kuat
dari pendidikan orang tua, sekolah dan tekanan sosial lainnya.
Konsep-konsep
terapi humanistik, diantaranya:
1. Memahami
manusia sebagai suatu totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan
usaha untuk mereduksi manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku (behaviorisme)
ataupun ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia harus berkembang
lebih jauh daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia harus mampu
mengembangkan hal-hal non fisik, misalnya nilai ataupun sikap.
2. Metode yang
digunakan adalah life history, berusaha memahami manusia dari
sejarah hidupnya sehingga muncul keunikan individual.
3. Mengakui
pentingnya personal freedom dan responsibility dalam
proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hidup. Tujuan hidup
manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi potensinya dan mencapai aktualitas
diri. Dalam hal ini intensi dan eksistensi menjadi penting. Intensi yang
menentukan eksistensi manusia.
4. Mind bersifat
aktif, dinamis. Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya
sebagai individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement.
Kemampuan khas manusia yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui
kreativitasnya, manusia mengekspresikan diri dan potensinya.
B.
Unsur-unsur
Terapi
1. Munculnya Gangguan
Akibat dari kegagalan dalam
mengaktualkan potensi. Perbedaan-perbedaan dibuat antara rasa “bersalah
eksistensial” dan rasa “bersalah neorotik”. Berfokus pada saat sekarang dan
menjadi apa seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke masa depan.klien menekankan
kesadaran diri sebelum tindakan.
2. Tujuan Terapi
Agar manusia memiliki kesanggupan
untuk menyadari dirinya dan mampu bertanggungjawab atas segala tindakan yang
telah dilakukan. Pandangan humanistik banyak diterapkan dalam bidang
psikoterapi dan konseling. Selain itu, terapi humanistik juga diberikan guna
meningkatkan pemahaman diri. Psikologi eksistensial-humanistik berfokus
pada kondisi manusia, terutama suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas
manusia alih-alih suatu sistem teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi
klien. Pendekatan eksistensial-humanistik tidak mengecilkan manusia menjadi
kumpulan naluri ataupun hasil pengkondisian. Pendekatan ini bukan suatu aliran
terapi, bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik.
3. Peran Terapis
a) Konselor harus menunjukkan kepada
konseli bahwa harus ada pengorbanan untuk meningkatkan kesadaran diri.
b) Mendorong konseli untuk belajar
menanggung resiko terhadap akibat penggunaan kebebasannya.
c) Konselor harus menaruh kepercayaan
terhadap kesanggupan konseli dalam menemukan sistem nilai yang bersumber pada
dirinya sendiri dan yang memungkinkan hidupnya bermakna
C.
Teknik
Terapi
Tidak
seperti kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial-humanistik tidak
memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur
terapeutik bisa dipungut dari beberapa pandekatan terapi lainnya. Metode-metode
yang berasal dari terapi Gestalt dan Analisis Transaksional sering digunakan,
dan sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis bisa diintegrasikan ke dalam
pendekatan eksistensial-humanistik.
Bugental dalam bukunya The Search for Authenticity (dalam Corey, 2013) menunjukkan bahwa konsep inti pskoanalisis tentang resistensi dan transferensi bisa diterapkan dalam filsafat dan praktek terapi eksistensial. Rollo May (dalam Corey, 2013) seorang psikoanalisis Amerika, juga telah mengintegrasikan metodologi dan konsep-konsep psikoanalisis ke dalam psikoterapi eksistensial.
Bugental dalam bukunya The Search for Authenticity (dalam Corey, 2013) menunjukkan bahwa konsep inti pskoanalisis tentang resistensi dan transferensi bisa diterapkan dalam filsafat dan praktek terapi eksistensial. Rollo May (dalam Corey, 2013) seorang psikoanalisis Amerika, juga telah mengintegrasikan metodologi dan konsep-konsep psikoanalisis ke dalam psikoterapi eksistensial.
Menurut
Corey (2013), meskipun pendekatan eksistensial-humanistik memiliki banyak hal
yang bisa diberikan kepada klien yang fungsi psikologis dan fungsionalnya
relatif tinggi, pendekatan eksistensial-humanistik ini amat terbatas
penerapannya pada para klien yang fungsinya rendah, pada para klien yang berada
dalam keadaan krisis, dan pada para klien yang miskin. Para klien yang berjuang
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok untuk memelihara kelangsungan hidupnya
dan yang tidak berminat pada aktualisasi diri atau makna-makna eksistensial,
kurang tepat untuk ditangani melalui terapi eksistensial-humanistik.
Daftar
Pustaka
Corey, G. (2013). Teori dan praktek konseling
dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
This entry was posted
on 12.19
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
.