KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN
Posted
Proses komunikasi dalam manajemen ini memiliki hubungan
yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat dikatakan bahwa tiada
kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang pemimpin selain harus
berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat jasmani
dan rohani, ia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi, sehingga Rogers
(1969) mengatakan kemampuan berkomunikasi akan menentukan berhasil tidaknya
seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Setiap pemimpin (leader) memiliki pengikut (follower) guna meralisir gagasannya
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Disinilah pentingnya kemampuan
berkomunikasi bagi seorang pemimpin, khususnya dalam usaha untuk mempengaruhi
prilaku orang lain. Inilah hakekatnya dari suatu manajemen dalam organisasi.
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasisan, pengarahan dan pengawasan
dengan memberdayakan anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Handoko, 2008).
Manajemen sering juga didefinisikan sebagai seni untuk melaksanakan suatu
pekerjaan melalui orang lain. Para manejer mencapai tujuan organisasi dengan
cara mengatur orang lain untuk melaksanakan tugas apa saja yang mungkin
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (Stoner, 1996).
Komunikasi dalam organisasi
adalah komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para
karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam
rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi (Effendy, 1989). Manajemen sering mempunyai masalah tidak efektifnya
komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif sangat penting bagi para manajer,
paling tidak ada dua alasan, pertama, komunikasi adalah proses melalui mana
fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan dapat dicapai; kedua, komunikasi adalah kegiatan dimana para
manejer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka. Proses Komunikasi
memungkinkan manejer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus
dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar perencanaan, agar
rencana-rencana itu dapat dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi
dengan bawahan tentang penugasan mereka. Pengarahan mengharuskan manejer untuk
berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompo dapat tercapai. Jadi
seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen melalui
interaksi dan komunikasi dengan pihak lain. Sebahagian besar waktu seorang
manejer dihabiskan untuk kegiatan komunikasi, baik tatap muka atau melalui
media seperti Telephone, Hand Phone dengan bawahan, staf, langganan dsb.
Manejer melakukakan komunikasi tertulis seperti pembuatan memo, surat dan
laporan-laporan.
A. DEFINISI
KOMUNIKASI
Raymond Ross
mengemukakan komunikasi adalah proses menyortir, memilih dan mengirimkan symbol-simbol
sedemikian rupa agar membeantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari
pemikiran yang serupa dengan dimaksudkan oleh komunikator. Sedangkan menurut
Barelson dan Steiner komunikasi adalah psorses transmisi informasi, gagasan,
emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan symbol-simbol, kata-kata,
gambar, grafis, angka, dsb. Sedangkan menurut Cherry komunikasi adalah proses
dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi untuk mencapai tujuan bersama
dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus
rangsangan dan pembangkitan balasannya.
Dari beberapa
definisi komnikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses
menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke
orang lain atau dari kelompok ke kelompok lain untuk mempengaruhi sikap dan perilaku
orang dan kelompok-kelompok tersebut.
B. PROSES
KOMUNIKASI
Berangkat dari paradigma
Lasswell, Effendy (1994) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer
dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal
(kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara
langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
Komunikasi berlangsung apabila
terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata
lain, komunikasi adalah proses membuat pesan yang setala bagi komunikator dan
komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode)
pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti
komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang
(bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran
komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini
berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan
komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian
(coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat
menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm (dalam Effendy,
1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna)
apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame
of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of
experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm
menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting
juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang
pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila
bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator,
akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti
yang diungkapkan oleh Sendjaja(1994:33) yakni: Si A seorang mahasiswa ingin
berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan
mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa.
Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan si C, sorang pemuda
desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C terdapat
perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi
dan mungkin juga kepentingannya.
Contoh tersebut dapat memberikan
gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan baik atau mudah apabila di antara
pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila kita ingin
berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu mengolah dan
menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata
lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya
dari komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan
media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran
berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon,
teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua
yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu
menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar,
televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb).
C. HAMBATAN
KOMUNIKASI
Berikut ini merupakan hambatan-hambatan
komunikasi:
1. Perbedaan Persepsi
Setiap orang memiliki kemampuan yang tidak sama dalam
hal mengartikan sebuah pesan atau ungkapan. Ada orang yang mengartikan bentakan
seseorang sebagai sebuah ketegasan. Namun, ada juga orang yang mengartikan
bentakan tersebut sebagai sebuah kekejaman dan tindak kekerasan. Perbedaan
persepsi inilah yang menjadi alasan mengapa dua pihak terlibat konflik. Kadang,
perkataan yang sama bisa diartikan beda bila disampaikan pada orang yang
berbeda. Setiap orang bisa mengartikan sebuah garis lurus sebagai tiang bendera,
namun orang lainnya bisa mengartikan sebuah garis lurus tersebut sebagai tanda
seru. Padahal, sama-sama garis lurus.
2. Budaya
Perbedaan budaya juga menjadi salah satu penghambat
dalam komunikasi, terlebih bila masing-masing pihak tidak mengerti bahasa yang
dipergunakan. Meskipun demikian, hal ini bukanlah diakali dengan cara
menggunakan bahasa simbol atau saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
3. Karakter Dasar
Karakter dasar manusia pada dasarnya ada 4, yaitu
koleris, melankolis, plegmatis, dan sanguinis. Keempatnya memiliki karakter
yang sangat berbeda. Koleris adalah karakter kuat yang kadang suka menyinggung
perasaan. Melankolis adalag karakter yang lembut dan perasa. Sanguinis adalah
karakter yang santai. Plegmatis adalah karakter yang suka mengalah. Bayangkan
bila keempat karakter ini dipertemukan dalam sebuah komunitas, apa yang akan
terjadi? Perbedaan karakter inilah yang memang kadang-kadang menjadi penghambat
komunikasi.
4. Kondisi
Kondisi saat berkomunikasi dengan kawan bicara juga
menjadi sebab kesalahpahaman terjadi. Bisa saja saat komunikasi antara dua
pihak sedang terjadi. Akibatnya, kondisi yang tidak enak tersebut mempengaruhi
cara menangkap pesan dari kawan bicara sehingga terjadilah kesalah pahaman.
Bila sudah tahu hambatan-hambatan yang ada pada komunikasi, kita akan tahu cara
mengatasinya.
D. DEFINISI
KOMUNIKASI INTERPERSONAL EFEKTIF
Komunikasi interpersonal menurut Muhammad, (2005) adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang
seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui
balikannya. Menurut Devito (1989),
komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy, 2003). Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat,
guru-murid dan sebagainya. Menurut
Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi
antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya
yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator
mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi
dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif
atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada
komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003).
E. KOMUNIKASI
INTERPERSONAL EFEKTIF ORGANISASI
Komunikasi dalam organisasi atau perusahaan dapat
menentukan efektif atau tidaknya dalam suatu penyampaian pesan atau perintah
antar anggota organisasi, baik antara atasan dengan bawahan (downward communication), bawahan dengan
atasan (upward communication), maupun
antar anggota yang jabatannya setaraf (lateral
communication). Secara sederhana, komunikasi adalah proses penyampaian atau
transfer dan pemahaman suatu pengertian (meaning).
Jadi dalam berkomunikasi, kita harus efektif menyampaikan pesan yang ada pada
kita kepada orang lain. Adapun berkomunikasi secara langsung dan sesuai dengan
pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Karena dapat mengubah sikap,
pendapat dan perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara langsung. Proses
berkomunikasi dimulai dari adanya pesan yang akan disampaikan oleh pengirim,
kemudian ditransfer melalui suatu channel (saluran), kemudian diterima oleh
penerima. Adapun komunikasi interpersonal efektif dalam suatu organisasi
mencakup dua bagian yaitu componential
dan situational.
1. Componential
Menjelaskan
komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal
ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang
lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik
dengan segera.
2. Situational
Interaksi
tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi
yang mendukung disekitarnya.
This entry was posted
on 07.17
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
.