KEHIDUPAN DI BUMI
Posted
A. Asal mula
kehidupan di bumi
Banyak terdapat teori maupun paham-paham yang
dikemukakan oleh para ilmuan mengenai teori awal mula kehidupan di bumi. Namun
semuanya belum dapat memberikan jawaban yang pasti. Jawaban itu umumnya hanya
berupa dongeng atau mitos belaka. Berikut ini dikemukakan beberapa teori-teori
awal mula makhluk hidup di dunia, sebagai bahan kajian kita untuk mengenal
lebih jauh sejarah awal mula kehidupan di dunia.
TEORI ABIOGENESIS
Tokoh teori Abiogenesis adalah Aristoteles
(384-322 SM). Dia adalah seorang filosof dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani
Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali
menghuni bumi ini berasal dari benda mati.
Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa
telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama seperti
induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkawinan dari induk-induk
ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari
Lumpur.
Bagaimana cara terbentuknya makhluk tersebut?
Menurut penganut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja
atau secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau teori abiogenesis ini disebut
juga paham generation spontaneae.
Jadi, pengertian abiogenesis dan generation
spontanea jika kita gabungkan, maka pendapat paham tersebut adalah makhluk
hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terjadinya
secara spontan.
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu
semenjak zaman Yunani Kuno (Ratusan Tahun Sebelum Masehi) hingga pertengahan
abad ke-17. Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan
mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang
amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung
paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah
memperkuat pendapat mereka.
TEORI BIOGENESIS
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun,
tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang -orang yang ragu terhadap
kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan
masalah tentang awal mula kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap
pandangan Abiogenesis itu antara lain Francesco Redi (Italia, 1626-1799), dan
Lazzaro Spallanzani ( Italia, 1729-1799), dan Louis Pasteur (Prancis,
1822-1895). Beredasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini, akhirnya paham
Abiogenesis / generation spontanea menjadi pudar karena paham tersebut tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
a) Percobaan Francesco Redi (1626-1697
Untuk
menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan
percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga
toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut:
• Stoples
I : diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat.
•
Stoples II : diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap terbuka.
•
Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut
diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam
ketiga stoples tersebut diamati. Dan hasilnya sebagai berikut:
•
Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik /
larva atau belatung lalat.
•
Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak larva atau
belatung lalat.
Berdasarkan
hasil percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung
yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari
daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada
daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi,
apabila melihat keadaan pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada kain
kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya yang
membusuk belatung relative sedikit.
b) Percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)
Seperti halnya Francesco Redi,
Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham abiogeensis. Oleh karena itu, dia
mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi,
tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna.
Sebagai
bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging
dan dua buah labu. Adapun percoban yang yang dilakukan Spallanzani selengkapnya
adalah sebagai berikut:
Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian
dipanaskan 15°C selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup
rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan
mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II
didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas
dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan
pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut:
• Labu
I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan
baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini
banyak mengandung mikroba.
• Labu
II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti
semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu
ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba,
airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
Berdasarkan
hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang
ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi
berasal dari kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi
kontaminasi mikroba darimudara ke dalam air kaldu tersebut.
Pendukung
paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro
Spallanzani tersebut. Menurut mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup)
dalam air kaldu diperlukan udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah
generation spontanea.
c) Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)
Dalam menjawab keraguannya terhadap
paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan
percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air
kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur selengkapnya adalah
sebagai berikut:
Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu,
kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara gabus dengan mulut labu
diolesi dengan paraffin cair.
Setelah
itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu
dipanaskan atau disterilkan.
Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan
diletakkan ditempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu
diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak mengandung
mikroorganisme.
Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya
tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa
hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan kembali pada
tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi.
Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan banyak mengandung
mikroorganisme.
Melaui
pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat
dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah
terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat
percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup
lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan
terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan diudara untuk masuk kedalam
labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi.
Pada
saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan
dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat
pemanasan air kaldu.
Setelah
labu dimiringkan hingga air kaldu sampai kepern\mukan pipa, air kaldu itu akan
bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme.
Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut
terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air
kaldu menjadi akeruh, karena adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut.
Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation
spontanea, yangmenyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang
terjadi secara spontan.
Berdasarkan
hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham
Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang awal mulamakhluk hidup yang
dikenal dengan teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :
a. omne
vivum ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
b. Omne
ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
c. Omne
vivum ex vivo – setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun
Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil menumbangkan paham Abiogenesis
atau generation spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham Biogenesis, belum
berarti bahwa masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali
terjawab.
Disamping
teori Abiogenesis dan Biogenesis, masih ada lagi beberapa teori tentang awal
mulakehidupan yang dikembangkan pleh beberapa Ilmuwan, diantaranya adalah
sebagai berikut
a.
Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat
supranatural (Ghaib) pada saat yang istimewa.
b.
Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini berasal
dari mana saja.
c.
Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul
berdasarkan hukum Fisika Kimia.
d.
Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.
B. Perkembangbiakkan
secara seksual/aseksual
1. Perkembangbiakkan
secara seksual (generatif)
Reproduksi biologis atau reproduksi seksual dalah suatu prosesbiologis penggunaan seks secara rutin dimana
individu organisme baru diproduksi. Reproduksi adalah
cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan;
setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh
pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.
Dalam
reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa
keterlibatan individu lain dari spesies yang sama. Pembelahan sel bakteri menjadi
dua sel anak adalah contoh dari reproduksi aseksual. Walaupun demikian,
reproduksi aseksual tidak dibatasi kepada organisme bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga
memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi aseksual.
Reproduksi seksual membutuhkan
keterlibatan dua individu, biasanya dari jenis kelamin yang
berbeda. Reproduksi manusia normal adalah contoh umum
reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan
reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana, biasanya
satu sel, bereproduksi secara aseksual. Pada reproduksi seksual/generatif
terjadi persatuan dua macam gamet dari dua individu yang berbeda jenis
kelaminnya, sehingga terjadi percampuran materi genetik yang memungkinkan
terbentuknya individu baru dengan sifat baru.
Pada organisme tingkat
tinggi mempunyai dua macam gamet, gamet jantan atau spermatozoa dan gamet
betina atau sel telur, kedua macam gamet tersebut dapat dibedakan baik dari
bentuk, ukuran dan kelakuannya, kondisi gamet yang demikian disebut
heterogamet.
Peleburan dua macam gamet tersebut
disebut singami. Peristiwa singami didahului dengan peristiwa fertilisasi
(pembuahan) yaitu pertemuan sperma dengan sel telur.Pada organiseme sederhana
tidak dapat dibedakan gamet jantan dan gamet betina karena keduanya sama, dan
disebut isogamet. Bila salah satu lebih besar dari lainnya disebut anisogame.
2. Perkembangbiakkan
Aseksual (vegetatif)
Reproduksi
Vegetatif adalah
cara reproduksi makhluk hidup secaraaseksual (tanpa adanya
peleburan sel kelamin jantan dan betina). Reproduksi Vegetatif
bisa terjadi secara alami maupun buatan.
a. Vegetatif Alami adalah
reproduksi aseksual yang terjadi tanpa campur tangan pihak lain seperti
manusia.
Pada tumbuhan
·
Umbi batang. Contoh: ubi jalar, kentang
·
Umbi lapis. Contoh: bawang merah, bawang putih
·
Umbi akar. Contoh: wortel, singkong
·
Geragih atau stolon. Contoh: arbei, stroberi
·
Rizoma. Contoh: lengkuas, jahe
·
Tunas. Contoh: kelapa
·
Tunas adventif. Contoh: cocor bebek
Pada hewan
·
Tunas.
Contoh: Hydra, Ubur-ubur, Porifera
·
Fragmentasi.
Contoh: Planaria, mawar laut
·
Membelah
diri. Contoh: Amoeba
·
Parthenogenesis.
Contoh: serangga seperti lebah, kutu daun
b. Vegetatif Buatan adalah reproduksi aseksual yang
terjadi karena bantuan pihak lain seperti manusia. Yang termasuk vegetative buatan
yaitu stek,cangkok, okulasi, enten, merunduk dan cloning.
Individu baru
(keturunannya) yang terbentuk mempunyai ciri dan sifat yang sama dengan
induknya. Individu-individu sejenis yang terbentuk secara reproduksi aseksual
dikatakan termasuk dalam satu klon, sehingga anggota dari satu klon mempunyai
susunan genetik yang sama.
Reproduksi aseksual dapat dibagi atas lima
jenis, yaitu :
1. Fisi
2. Pembentukan spora
3. Pembentukan tunas
4. Fragmentasi
5. Propagasi vegetatif
2. Pembentukan spora
3. Pembentukan tunas
4. Fragmentasi
5. Propagasi vegetatif
Kita mengenal tiga jenis reproduski
sel, yaitu Amitosis, Mitosis dan Meiosis (pembelahan reduksi). Amitosis adalah
reproduksi sel di mana sel membelah diri secara langsung tanpa melalui
tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan cara ini banyak dijumpai pada sel-sel
yang bersifat prokariotik, misalnya pada bakteri, ganggang biru.
MITOSIS adalah cara reproduksi sel dimana sel
membelah melalui tahap-tahap yang teratur, yaitu Profase
Metafase-Anafase-Telofase. Antara tahap telofase ke tahap profase berikutnya
terdapat masa istirahat sel yang dinarnakan Interfase (tahap ini tidak termasuk
tahap pembelahan sel). Pada tahap interfase inti sel melakukan sintesis
bahan-bahan inti.
Pada sel – sel
organisme multiseluler, proses pembelahan sel memiliki tahap – tahap tertentu
yang disebut siklus sel. Sel – sel tubuh yang aktif melakukan pembelahan
memiliki siklus sel yang lengkap. Siklus sel tersebut dibedakan menjadi dua
fase(tahap ) utama, yaitu interfase dan mitosis. Interfase terdiri atas 3 fase
yaitu fase G, ( growth atau gap), fase S (synthesis), fase G2(growth atau
Gap2).
Pembelahan
mitosis dibedakan atas dua fase, yaitu kariokinesis dan sitokinesis,
kariokinesis adalah proses pembagian materi inti yang terdiri dari beberapa
fase, yaitu Profase, Metafase, dan Telofase.
Meiosis
(Pembelahan Reduksi) adalah reproduksi sel melalui tahap-tahap
pembelahan seperti pada mitosis, tetapi dalam prosesnya terjadi pengurangan
(reduksi) jumlah kromosom.
Meiosis
terbagi menjadi due tahap besar yaitu Meiosis I dan Meiosis
II Baik meiosis I maupun meiosis II terbagi lagi menjadi tahap-tahap
seperti pada mitosis. Secara lengkap pembagian tahap pada pembelahan reduksi
adalah sebagai berikut :
PERBEDAAN
ANTARA MITOSIS DENGAN MEIOSIS
Aspek
yang dibedakan
|
Mitosis
|
Meiosis
|
Tujuan
|
Untuk pertumbuhan
|
Sifat mempertahan-kan diploid
|
Hasil pembelahan
|
2 sel anak
|
4 sel anak
|
Sifat sel anak
|
diploid (2n)
|
haploid (n)
|
Tempat terjadinya
|
sel somatis
|
sel gonad
|
C. Geografi
kehidupan
1.Faktor yang mempengaruhi persebaran makhluk
hidup
Faktor Abiotik
Faktor abiotik merupakan factor fisik yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan. Faktor abiotik meliputi:
Faktor abiotik merupakan factor fisik yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan. Faktor abiotik meliputi:
a. Iklim (klimatik)
Iklim berpengaruh besar terhadap kehidupan. Unsur-unsur iklim sebagai berikut:
Iklim berpengaruh besar terhadap kehidupan. Unsur-unsur iklim sebagai berikut:
1)
Suhu,
kodisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan, karena
jenis spesies tertentu memiliki persyaratan suhu lingkungan yang ideal atau
suhu optimum bagi kehidupannya, serta batas suhu maksimum dan minimum untuk
tumbuh yang dinamakan tolerensi spesies terhadap suhu. Suhu bagi tumbuh-tumbuhan
merupakan faktor pengontrol bagi persebarannya sesuai dengan letak lintang,
ketinggian dan sebagainya. Penamaan habitat tumbuhan biasanya sama dengan
nama-nama wilayah berdasarkan lintang buminya, seperti vegetasi hutan tropik,
vegetasi lintang sedang, dan sebagainya.
2)
Kelembaban
udara
Kelembaban berpengaruh langsung terhadap kehidupan tumbuhan. Ada tumbuhan yang sangat cocok hidup di daerah kering, daerah lembab bahkan ada yang dapat hidup di daerah yang sangat basah.
Berdasarkan tingkat kelembaban lingkungan habitatnya, dunia tumbuhan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Xerophyta (Xerofit), yaitu tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan kering atau kondisi kelembaban udara yang sangat rendah, misalnya kaktus.
b. Mesophyta (Mesofit), yaitu tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang lembab tetapi tidak basah, seperti anggrek dan cendawan.
c. Hygrophyta (Higrofit), yaitu tumbuhan yang sangat cocok hidup di daerah basah, seperti teratai, eceng gondok, dan selada air
Kelembaban berpengaruh langsung terhadap kehidupan tumbuhan. Ada tumbuhan yang sangat cocok hidup di daerah kering, daerah lembab bahkan ada yang dapat hidup di daerah yang sangat basah.
Berdasarkan tingkat kelembaban lingkungan habitatnya, dunia tumbuhan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Xerophyta (Xerofit), yaitu tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan kering atau kondisi kelembaban udara yang sangat rendah, misalnya kaktus.
b. Mesophyta (Mesofit), yaitu tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang lembab tetapi tidak basah, seperti anggrek dan cendawan.
c. Hygrophyta (Higrofit), yaitu tumbuhan yang sangat cocok hidup di daerah basah, seperti teratai, eceng gondok, dan selada air
d. Tropophyta (Tropofit),
yaitu jenis tumbuh-tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap perubahan musim
hujan dan musim kemarau. Tropophyta merupakan tumbuhan khas iklim muson
tropik. Kaktus Anggrek Lotus Cendawan/jamur
3)
Angin
Angin sangat membantu dalam proses penyerbukan atau pembuahan beberapa jenis tumbuhan, sehingga proses regenerasi tumbuhan dapat berlangsung. Bahkan ada tumbuhan tertentu yang penyebaran benihnya dilakukan oleh angin. Contohnya, ilalang atau sejenis rumput-rumputan.
Angin sangat membantu dalam proses penyerbukan atau pembuahan beberapa jenis tumbuhan, sehingga proses regenerasi tumbuhan dapat berlangsung. Bahkan ada tumbuhan tertentu yang penyebaran benihnya dilakukan oleh angin. Contohnya, ilalang atau sejenis rumput-rumputan.
4)
Curah
hujan
Untuk memenuhi kebutuhan akan air, tumbuh-tumbuhan sangat tergantung pada curah hujan dan kelembaban udara. Banyak sedikitnya jumlah curah hujan di suatu tempat akan membentuk karakter yang khas bagi formasi-formasi vegetasi di muka bumi. Kekhasan jenis-jenis vegetasi, dapat mengakibatkan adanya hewan-hewan yang khas pada lingkungan vegetasi tertentu, karena tunbuh-tumbuhan merupakan produsen yang menyediakan makanan bagi hewan. Misalnya, di daerah padanh rumput akan terdapat hewan khas seperti kijang, biri-biri, dan sapi, sedangkan hewan pemangsanya adalah singa dan harimau.
Untuk memenuhi kebutuhan akan air, tumbuh-tumbuhan sangat tergantung pada curah hujan dan kelembaban udara. Banyak sedikitnya jumlah curah hujan di suatu tempat akan membentuk karakter yang khas bagi formasi-formasi vegetasi di muka bumi. Kekhasan jenis-jenis vegetasi, dapat mengakibatkan adanya hewan-hewan yang khas pada lingkungan vegetasi tertentu, karena tunbuh-tumbuhan merupakan produsen yang menyediakan makanan bagi hewan. Misalnya, di daerah padanh rumput akan terdapat hewan khas seperti kijang, biri-biri, dan sapi, sedangkan hewan pemangsanya adalah singa dan harimau.
2.
Pembagian
Iklim Dunia
a.
|
Iklim Matahari
Iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Untuk lebih memperdalam pemahaman tentang pembagian iklim matahari tersebut di atas dapat Anda pelajari pada uraian berikut:
1)
klim
Tropis
Iklim tropis terletak antara 0° – 231/2° LU/LS dan hampir 40 % dari permukaan bumi.
Ciri-ciri iklim tropis adalah sebagai
berikut: Suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu vertikal.
Umumnya suhu udara antara 20- 23°C. Bahkan di beberapa tempat rata-rata suhu
tahunannya mencapai 30°C.\
·
Amplitudo
suhu rata-rata tahunan kecil. Di kwatulistiwa antara 1 – 5°C, sedangkan
ampitudo hariannya lebih besar.
·
Tekanan
udaranya rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan.
·
Hujan
banyak dan lebih banyak dari daerah-daerah lain di dunia.
2)
Iklim
Sub Tropis
Iklim sub tropis terletak antara 231/2° – 40°LU/LS. Daerah ini merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim sedang.
Ciri-ciri iklim sub tropis adalah sebagai
berikut:
·
Batas
yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari daerah
iklim tropis ke iklim sedang.
·
Terdapat
empat musim, yaitu musim panas, dingin, gugur, dan semi. Tetapi musim dingin
pada iklim ini tidak terlalu dingin. Begitu pula dengan musim panas tidak
terlalu panas.
·
Suhu
sepanjang tahun menyenangkan. Maksudnya tidak terlalu panas dan tidak terlalu
dingin.
·
Daerah
sub tropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim panasnya
kering disebut daerah iklim Mediterania, dan jika hujan jatuh pada musim
panas dan musim dinginnya kering disebut daerah iklim Tiongkok.
3)
Iklim
Sedang
Iklim sedang terletak antara 40°- 661/2° LU/LS. Ciri-ciri iklim sedang adalah sebagai berikut:
·
Banyak
terdapat gerakan-gerakan udara siklonal, tekanan udara yang sering
berubah-ubah, arah angin yang bertiup berubah-ubah tidak menentu, dan sering
terjadi badai secara tiba-tiba.
·
Amplitudo
suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu harian lebih kecil dibandingkan
dengan yang terdapat pada daerah iklim tropis.
4)
Iklim
Dingin (Kutub)
Iklim dingin terdapat di daerah kutub. Oleh sebab itu iklim ini disebut pula sebagai iklim kutub. Iklim dingin dapat dibagi dua, yaitu iklim tundra dan iklim es. Ciri-ciri iklim tundra adalah sebagai berikut:
·
Musim
dingin berlangsung lama
·
Musim
panas yang sejuk berlangsung singkat.
·
Udaranya
kering.
·
Tanahnya
selalu membeku sepanjang tahun.
·
Di
musim dingin tanah ditutupi es dan salju.
·
Di
musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat mencairnya es di permukaan
tanah.
·
Vegetasinya
jenis lumut-lumutan dan semak-semak.
·
Wilayahnya
meliputi: Amerika utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan
Greenland, dan pantai utara Siberia.
Sedangkan
ciri-ciri iklim es atau iklim kutub adalah sebagai berikut:
·
Suhu
terus-menerus rendah sekali sehingga terdapat salju abadi.
·
Wilayahnya
meliputi: kutub utara, yaitu Greenland (tanah hijau) dan Antartika di kutub
selatan.
|
||||||||||||||||||
b.
|
Iklim Fisis
Iklim fisis adalah menurut keadaan atau fakta sesungguhnya di suatu wilayah muka bumi sebagai hasil pengaruh lingkungan alam yang terdapat di wilayah tersebut. Misalnya, pengaruh lautan, daratan yang luas, relief muka bumi, angin, dan curah hujan.
Iklim fisis
dapat dibedakan menjadi iklim laut, iklim darat, iklim dataran tinggi, iklim
gunung/pegunungan dan iklim musim (muson).
|
3.
Jenis-jenis dan persebaran fauna di
Indonesia
Seorang
berkebangsaan Inggris bernama Wallace mengadakan penelitian mengenai penyebaran
hewan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan hewan di
Indonesia bagian Barat dengan hewan di Indonesia bagian Timur. Batasnya di
mulai dari Selat Lombok sampai ke Selat Makasar. Oleh sebab itu garis batasnya
dinamakan garis Wallace. Batas ini bersamaan pula dengan batas penyebaran
binatang dan tumbuhan dari Asia ke Indonesia.
Di samping itu seorang peneliti
berkebangsaan Jerman bernama Weber, berdasarkan penelitiannya tentang
penyebaran fauna di Indonesia, menetapkan batas penyebaran hewan dari Australia
ke Indonesia bagian Timur. Garis batas tersebut dinamakan garis Weber.
Sedangkan daerah diantara dataran Sunda
dan dataran Sahul oleh para ahli biografi disebut daerah Wallace atau daerah
Peralihan. Mengapa disebut daerah Peralihan? Karena di daerah ini terdapat
beberapa jenis hewan Asia dan Australia, jadi merupakan daerah transisi antara
dataran Sunda dan dataran Sahul. Misalnya di daerah Sulawesi juga terdapat
hewan yang ada juga di Jawa, contohnya rusa dan monyet, sedangkan di Halmahera
juga ada burung Cendrawasih yang ada di Irian Jaya.
Setelah mengetahui sejarah terbentuknya
daratan Indonesia dan terjadinya keanekaan fauna dan flora di Indonesia, maka
kini Anda perlu mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadi keanekaan
tersebut.
Faktor-Faktor Penyebab
terjadinya Keanekaragaman Flora Dan Fauna di Dunia
Keanekaragaman flora dan fauna di suatu
wilayah tidak terlepas dari dukungan kondisi di wilayah itu. Ada tumbuhan yang
hanya dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis, dimana banyak curah hujan dan
sinar matahari, dan ada yang hanya dapat tumbuh di daerah yang dingin dan
lembab. Kita tentu tidak pernah melihat pohon Meranti atau Anggrek tropik pada
daerah dingin di daerah tundra. Dukungan kondisi suatu wilayah terhadap
keberadaan flora dan fauna berupa faktor-faktor fisik (abiotik) dan faktor non
fisik (biotik). Tahukah Anda, apa saja yang termasuk abiotik dan biotik? Yang
termasuk faktor fisik (abiotik) adalah iklim (suhu, kelembaban udara, angin),
air, tanah, dan ketinggian, dan yang termasuk faktor non fisik (biotik) adalah
manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
a. Iklim
Faktor iklim
termasuk di dalamnya keadaan suhu, kelembaban udara dan angin sangat besar
pengaruhnya terhadap kehidupan setiap mahluk di dunia. Faktor suhu udara
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan fisik tumbuhan. Sinar
matahari sangat diperlukan bagi tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa.
Kelembaban udara berpengaruh pula terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan.
Sedangkan angin berguna untuk proses penyerbukan. Faktor iklim yang
berbeda-beda pada suatu wilayah menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya juga
berbeda.. Tanaman di daerah tropis, banyak jenisnya, subur dan selalu hijau
sepanjang tahun karena bermodalkan curah hujan yang tinggi dan cukup sinar
matahari. Berbeda dengan tanaman di daerah yang beriklim sedang, ragam
tumbuhannya tidak sebanyak di daerah tropis yang kaya sinar matahari, di sana
banyak ditemui pohon berkayu keras dan berdaun jarum. Daerah Gurun yang
beriklim panas dan kurang curah hujan, hanya sedikit tumbuhan yang dapat
menyesuaikan diri, seperti misalnya pohon Kaktus dapat tumbuh subur, karena
mempunyai persediaan air dalam batangnya. Kehidupan faunanya juga sangat
bergantung pada pengaruh iklim yang mampu memberikan kemungkinan bagi kelangsungan
hidupnya. Binatang di daerah dingin beda dengan binatang di daerah tropis, dan
sulit menyesuaikan diri bila hidup di daerah tropis yang beriklim panas.
b. Tanah
Tanah banyak
mengandung unsur-unsur kimia yang diperlukan bagi pertumbuhan flora di dunia. Kadar
kimiawi berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Keadaan struktur tanah
berpengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam tanah sehingga memungkinkan akar
tanaman dapat bernafas dengan baik. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya
serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar
serta kondisi air di dalam tanah. Komposisi tanah umumnya terdiri dari bahan
mineral anorganik (70%-90%), bahan organik (1%-15%), udara dan air (0-9%).
Hal-hal di atas menunjukkan betapa pentingnya faktor tanah bagi pertumbuhan
tanaman. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan jenis dan keanekaragaman
tumbuhan yang dapat hidup di suatu wilayah. Contohnya di Nusa Tenggara jenis
hutannya adalah Sabana karena tanahnya yang kurang subur.
c. Air
Air mempunyai
peranan yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan karena dapat melarutkan dan
membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air
tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di
daerah yang bersangkutan. Jenis flora di suatu wilayah sangat berpengaruh pada
banyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Flora di daerah yang kurang curah
hujannya keanekaragaman tumbuhannya kurang dibandingkan dengan flora di daerah
yang banyak curah hujannya. Misalnya di daerah gurun, hanya sedikit tumbuhan
yang dapat hidup, contohnya adalah pohon Kaktus dan tanaman semak berdaun
keras. Di daerah tropis banyak hutan lebat, pohonnya tinggi-tingi dan daunnya
selalu hijau.
d. Tinggi rendahnya permukaan bumi
Faktor ketinggian
permukaan bumi umumnya dilihat dari ketinggiannya dari permukaan laut
(elevasi). Misalnya ketinggian tempat 1500 m berarti tempat tersebut berada
pada 1500 m di atas permukaan laut. Semakin tinggi suatu daerah semakin dingin
suhu di daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila lebih rendah berarti
suhu udara di daerah tersebut lebih panas. Setiap naik 100 meter suhu udara
rata-rata turun sekitar 0,5 derajat Celcius. Jadi semakin rendah suatu daerah
semakin panas daerah tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi suatu daerah
semakin dingin daerah tersebut. Oleh sebab itu ketinggian permukaan bumi besar
pengaruhnya terhadap jenis dan persebaran tumbuhan. Daerah yang suhu udaranya
lembab, basah di daerah tropis, tanamannya lebih subur dari pada daerah yang
suhunya panas dan kering.
e. Manusia, hewan dan tumbuhan
Manusia mampu
mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya daerah hutan
diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan melakukan
penebangan, reboisasi,.atau pemupukan. Manusia dapat menyebarkan tumbuhan dari
suatu tempat ke tempat lainnya. Selain itu manusia juga mampu mempengaruhi
kehidupan fauna di suatu tempat dengan melakukan perlindungan atau perburuan
binatang. Hal ini menunjukan bahwa faktor manusia berpengaruh terhadap kehidupan
flora dan fauna di dunia ini. Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan
terhadap penyebaran tumbuhan flora. Misalnya serangga dalam proses penyerbukan,
kelelawar, burung, tupai membantu dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan
faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur
memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga
mempengaruhi kehidupan faunanya. Contohnya bakteri saprophit merupakan jenis
tumbuhan mikro yang membantu penghancuran sampah-sampah di tanah sehingga dapat
menyuburkkan tanah.
D. Evolusi
TEORI
EVOLUSI KIMIA
Ketidakpuasan para Ilmuwan terhadap apa yang
dikemukakan para tokoh teori Abiogenesis maupun Biogenesis mendorong para
Ilmuwan lain untuk terus mengadakan penelitian tentang awal mulakehidupan.
Antara pakar-pakar tersebut antara lain : Harold Urey, Stanley Miller, dan
A.I.Oparin. mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali di bumi
ini berupa makhluk bersel satu. Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi
menjadi berbagai jenis makhluk hidup seperti Protozoa, Porifera, Coelenterata,
Mollusca, dan lain-lain.
Para pakar biologi, astronomi, dan geologi
sepakat, bahwa planet bumi ini terbentuk kira-kira antara 4,5-5 miliar tahun
yang lalu. Keadaan pada saat awal terbentuknya sangat berbeda dengan keadaan
pada saat ini. Pada saat itu suhu planet bumi diperkirakan 4.000-8.000°C. pada
saat mulai mendingin, senyawa karbon beserta abeberapa unsur logam mengembun
membentuk inti bumi, sedangkan permukaannya tetap gersang, tandus, dan tidak
datar. Karena adanya kegiatan vulkanik, permukaan bumi yang masih lunak
tersebut bergerak dan berkerut terus menerus. Ketika mendingin, kulit bumi
tampak melipat-lipat dan pecah.
Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi juga
berbeda denagn kondisi saat ini. Gas-gas ringan seperti Hidrogen (H2), Nitrogen
(N2), Oksigen (02), Helium (He), dan Argon (Ar) lepas meninggalkan bumi akrena
gaya gravitasi bumi tidak mampu manahannya. Dia atmosfer juga terbentuk
senaywa-senyawa sederhana yang mengandung unsure-unsur tersebut, seperti uap
air (H20), Amonia (NH3), Metan (CH4), dan Karbondioksida (C02). Senyawa
sederhana tersebut tetap berbentuk uap dan tertahan dilapisan atas atmosfer.
Ketuika suhu atmosfer turun sekitar 100°C terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa
ini berlangsung selama ribuan tahun. Dalam keadaan semacam ini pasti bumi saat
itu belum dihuni kehidupan. Namun, kondisi semacam itu memungkinkan
berlangsungnya reaksi kimia, karena teredianya zat (materi) dan energi yang
berlimpah.
Timbul
pertanyaan, bagaimana proses terjadinya kehidupan dibumi ini ? Pwertanyaan
inilah yang mendorong beberapa Ilmuwan untuk mengemukakan pendapat serta
melakukan experiment. Di antara Ilmuwan tersebut antara lain Harold Urey dan
Stanley Miller.
a) Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey
(1893)
Harold
Urey adalah ahli Kimia berkebangsaan Amerika Serikat. Dia menyatakan bahwa pada
suatu saat atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti Metana (CH4), Uap air
(H20), Amonia(NH2), dan karbon dioksida (C02) yang semuanya berbentuk uap.
Karena adanya pengaruh energi radiasi sinar kiosmis serta aliran listrik
halilintar terjadilah reaksi diantara zat-zat tersebut menghasilkan zat-zat
hidup. Teori evolusi Kimia dari Urey tersebut biasa dikenal dengan teori Urey.
Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali
terbentuk mempunyai susunan menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut
selama berjuta-juta tahun mengalami perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk
hidup. Menurut Urey, terbentuknya makhluk hidup dari berbagai molekul zat di
atmosfer tersebut didukung kondisi sebagai berikut:
a)
kondisi 1 : tersedianya molekul-molekul Metana, Amonia, Uap air, dan hydrogen
yang sangat banyak di atmosfer bumi
b)
kondisi 2 : adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar
dan radiasi sinar kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi membentuk
molekul zat yang lebih besar,
c)
kondisi 3 : terbentuknya zat hidup yang paling secerhana yang susunan kimianay
dapat disamakan dengan susunan kimia virus, dan
d)
kondisi 4 : dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta tahun), zat idup yang
terbentuk tadi berkembang menjadi seejnis organisme (makhluk hidup yang lebih
kompleks).
b) Eksperimen Stanley Miller
Miller
adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah awal
mulakehidupan. Didasarkan informasi tentang keadaan planet bumi saat awal
terbentuknya, yakni tentang keadaan suhu, gas-gas yang terdapat pada atmosfer
waktu itu, dia mendesain model alat laboratorium sederhana yang dapat digunakan
untuk membuktikan hipotesis Harold Urey.
Kedalam alat yang diciptakannya, Miller
memasukan gas Hidrogen, Metana, Amonia, dan Air. Alat, tersebut juaga dipanasi
selama seminggu, sehingga gas-gas tersebut dapat bercampur didalamnya. Sebagai
pengganti energi aliran listrik halilintar, Miller mengaliri perangkat alat
tersebut dengan loncatan listrik bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik
bertegangan tinggi tersebut menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi
membentuk suatu zat baru. Kedalam perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga
gas-gas hasil reaksi dapat mengembun.
Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap
air yang tertampung dalam perangkap embun dianalisis secar kosmografi. Ternyata
air tersebut mengandung senyawa organic sederhana, seperti asam amino, adenine,
dan gula sederhana seperti ribose. Eksperimen Miller ini dicoba beberapa pakar
lain, ternyata hasilnya sama. Bial dalam perangkat eksperimen tersebut
dimasukkan senyawa fosfat, ternyata zat-zat yang dihasilkan mengandung ATP,
yakni suatu senyawa yang berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan.
Lembaga cpenelitian lain, dalam penelitiannya menghasilkan senyawa-senyawa
nukleotida.
Nukleotida adalah suatu senyawa penyusun utama
ADN (Asam Deoksiribose Nukleat) dan ARN (Asam Ribose Nukleat), yaitu senaywa
khas dalam inti sel yang mengendalikan aktivitas sel dan pewarisan sifat.
Eksperimen Miller dapat memberiakn petunjuk
bahwa satuan- satuan kompleks didalam sistem kehidupan seperti Lipida,
Karbohidrat, Asam Amino, Protein, Mukleotida dan lain-lainnya dapat terbentuk
dalam kondisi abiotik. Teori yang terus berulang kali diuji ini diterima para
ilmuwan secara luas. Namun, hingga kini masalah utama tentang asal-usul
kehidupan tetap merupakan rahasia alam yang belum terjawab. Hasil yang mereka
buktikan barulah mengetahui terbentuknya senyawa organik secara bertahap, yakni
dimulai dari bereaksinya gas-gas diatmosfer purba dengan energi listrik
halilintar. Selanjutnay semua senyawa tersebut bereaksi membentuk senyawa yang
lebih kompleks dan terkurung dilautan. Akhirnay membentuk senyawa yang
merupakan komponen sel.
TEOI EVOLUSI
BIOLOGI
Alexander Oparin adalah Ilmuwan Rusia. Didalam
bukunya yang berjudul The Origin of Life (Awal mula Kehidupan). Oparin
menyatakan bahwa paad suatu ketika atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air,
C02, CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena adanya energi radiasi benda-benda angkasa
yang amat kaut, seperti sinar Ultraviolet, memungkinkan senyawa-senyawa
sederhana tersebut membentuk senyawa organik atau senyawa hidrokarbon yang
lebih kompleks. Proses reaksi tersebut berlangsung dilautan.
Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk
diperkirakan senyawa aseperti Alkohol (H2H5OH), dan senyawa asam amino yang
paling sederhana. Selama berjuta-juta tahun, senyawa, sederhana .tersebut
bereaksi membenrtk senyawa yang lebih kompleks, Gliserin, Asam organik, Purin
dan Pirimidin. Senyawa kompleks tersebut merupakan bahan pembentuk sel.
Menurut Oparin senyawa kompleks tersebut
sangat berlimpah dilautan maupun di permukaan daratan. Adanya energi yang
berlimpah, misalnya sinar Ultraviolet, dalam jangka waktu yang amat panjang
memungkinkan lautan menjadi timbunan senyawa organik yang merupakan sop purba
atau Sop Primordial.
Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop
purba di lautan tersebut selanjutnya berkembang sehingga memiliki kemampuan dan
sifat sebagai berikut:
•
memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan ikatan-ikatan kompleks yang
terbentuk dengan molekul-molekul organik yang terdapat disekelilingnya;
•
memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan molekil-molekul dari dan ke
sekelilingnya;
•
memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang diserap sesuai
denagn pola-pola ikatan didalamnya;
•
mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-ikatannya.
Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai kemampuan untuk
berkembang biak yang pertama kali.
Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut
diduga sebagai kehidupan yang pertamakali terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang
merupakan perkembangan dari sop purba tersebut telah memiliki sifat-sifat hidup
seperti nutrisi, ekskresi, mampu mengadan metabolisme, dan mempunayi kemampuan
memperbanyak diri atau reproduksi.
Walaupun dengan adanya senyawa-senyawa
sederhana serta energi yang berlimpah sehingga dilautan berlimpah senyawa
organik yang lebih kompleks, namun Oparin mengalami kesulitan untuk menjelaskan
mengenai mekanisme transformasi dari molekul-molekul protein sebagai abenda tak
hidup kebenda hidup. Bagaimana senyawa-senyawa organik sop purba tersebut dapat
memiliki kemampuan seperti tersebut diatas ? Oparin menjelaskan sebagai
berikut:
Protein sebagai senyawa yang bersifat Zwittwer
Ion, dapat membentuk kompleks koloid hidrofil (menyerap air), sehingga molekul
protein tersebut dibungkus oleh molekul air. Gumpalan senyawa kompleks tersebut
dapat lepas dari cairan dimana dia berada dan membentuk emulsi. Penggabunagn
struktur emulsi ini akan menghasilkan koloid yang terpiah dari fase cair dan
membentuk timbuna gumpalan atau Koaservat.
Timbunan Koaservat yang kaya berbagai kompleks
organik tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran substansi dengan
lingkungannya. Di samping itu secara selektif gumpalan Koaservat tersebut
memusatkan senyawa-senyawa lain kedalamnya terutama Kristaloid. Komposisi
gumpalan koloid tersebut bergantung kepada komposisi mediumnay. Denagndemikian,
perbedaan komposisi medium akan menyebabkan timbulnya variasi pada komposisi
sop purba. Variasi komposisi sop purba diberbagai areal akan mengarah kepada
terbentuknya komposisi kimia Koaservat yang merupakan penyedia bahan mentah
untuk proses biokimia.
Tahap selanjutnya substansi didalam Koaservat
membentuk enzim. Di sekeliling perbatasan antara Koaservat dengan lingkungannya
terjadi penjajaran molekul-molekul Lipida dan protein sehingga terbentuklah
selaput sel primitif. Terbentuknya selaput sel primitif ini memungkinkan
memberikan-stabilitas pada koaservat. Dengan demikian, kerjasama antara
molekul-molekul yang telah ada sebelumnya yang dapat mereplikasi diri kedalam
koaservat dan penagturan kembali Koaservat yang terbungkus lipida amat mungkin
akan mnghasilkan sel primitif.
Kemampuan koaservat untuk menyerap zat-zat
dari medium memungkinkan bertambah besarnya ukuran koaservat. Kemungkinan
selanjutnya memungkinkan terbentuknya organisme Heterotropik yang mampu
mereplikasi diri dan mendapatkan bahan makanan dari sop Primordial yang kaya
akan zat-zat organik.
Teori evolusi biologi ini banyak diterima oleh
para Ilmuwan. Namun, tidak sedikit Ilmuwan yang membantah tentang interaksi
molekul secara acak yang dapat menjadi awal terbentuknya organisme hidup.
Teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi
banyak pendukungnya, namun baru teori evolusi kimia yang telah dibuktikan secara
eksperimental, sedangkan teori evolusi biologi belum ada yang menguji secara
eksperimental.
Seandainya apa yang dikemukakan dua teori
tersebut benar, tetapi belum mampu menjelaskan bagaimana dan dari mana
kehidupan diplanet bumi ini pertama kali muncul. Yang perlu diingat adalah
bahwa kehidupan adalah tidak hanya menyangkut masalah replikas; (penggandaan
diri) atau masalah kehidupan biologis saja, tetapi juga menyangkut masalah
kehidupan rohani. Tentang teori awal mula kehidupan yang menyatakan organisme
pertama kali terbentuk dilautan bisa dipahami dari sudut biologi, karena
molekul-molekul organik yang merupakan sop purba itu tertumpuk dilaut.
This entry was posted
on 20.32
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
.