Mekanisme Pertahanan Diri
Freud menggunakan istilah
mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) untuk menunjukkan proses tak
sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan.
Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan
hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi,
mekanisme pertahanan diri merupakan bentuk penipuan diri. Berikut ini beberapa
mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar
individu, terutama para remaja yang sedang mengalami pergulatan yang dasyat
dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Dari mekanisme pertahanan diri
berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa yang lain
merupakan hasil pengembangan ahli psikoanalisis lainnya.
1.
Represi
(Repression)
Represi
didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, konflik
batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan.
Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki
kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku.
Contoh: Seorang
pemuda yang baru saja mengalami kecelakaan motor biasanya dalam jangka waktu
tertentu tidak ingin mengendarai motor dahulu itu dikarenakan adanya trauma,
dia harus mengobati rasa traumanya dulu sehingga dia dapat beraktivitas seperti
biasa dengan menggunakan motor tanpa mengingat kejadian sewaktu ia mengalami
kecelakaan.
2.
Regresi (Regression )
Regresi
merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi,
setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang
menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu
yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia
yang lebih muda (anak kecil), atau kembali kemasa lalu.
Contoh:
Seorang anak berusia 5
tahun yang mendapat adik baru, merasa cemas kalau cinta orang tuanya akan
menjadi milik adiknya. Akhirnya dia sering mengompol di celana, sekedar untuk
menghilangkan kecemasan akan kehilangan cinta orang tuanya.
3.
Pembentukan
Reaksi (Reaction Formation )
Melakukan
tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar, jika perasaan-perasaan yang lebih dalam
menimbulkan ancaman, maka seseorang menampilkan tingkah laku yang berlawanan
guna menyangkal perasaan-perasaan yang bisa menimbulkan ancaman itu.
Contoh: Seorang ibu membenci anaknya, tetapi
karena kebencian terhadap anak itu merupakan suatu sikap yang tercela dan
karenanya membuat si ibu mengalami rasa berdosa dan kecemasan, maka si ibu
kemudian mengungkapkan sikap sebaliknya, yakni menyayangi anaknya secara
berlebihan.
4.
Fiksasi
(Fixation)
Individu
dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami
kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk
menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau
selamanya.
Contoh: Orang dewasa yang
tinggal dengan orang tuanya merasa bahwa orang tua selamanya memiliki peranan
penting dalam hidupnya. Orang
tua dan anak akan selalu saling membutuhkan sehingga tidak dapat dipisahkan,
maka mereka tidak akan tinggal tanpa orang tuanya meskipun sudah menikah.
5.
Rasionalisasi
Rasionalisasi
sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat
diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang
buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan
berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang
buruk.
Contoh: Seorang pemuda berniat mendekati seorang wanita cantik yang menarik hatinya. Tetapi
karena takut ditolak, si pemuda memberikan alasan bahwa wanita tersebut sesungguhnya tidak
menarik.
Contoh: seorang anak menolak bermain
bulu tangkis dengan temannya dengan alasan sedang tidak enak badan atau besok ada ulangan padahal ia takut
kalah.
6.
Pengalihan
( Displacement )
Mengalihkan
energy (libido) ke kegiatan lain. Hal ini sering disebabkan karena kita tidak
dapat atau tidak mau melakukan sesuatu.
Contoh: Seorang anak yang ingin menendang orangtuanya karena
dimarahi, dialihkan
kepada adiknya dengan menendangnya atau membanting pintu.
- Proyeksi ( Projection)
Memproyeksikan
impulsnya pada orang lain (Seolah-olah orang lain yang memiliki impuls
tersebut) . Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat
cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan
apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan.Contoh: Ketika ketika kita
merasa lapar, kemudian kita mengatakan kepada teman kita, “hei, bukannya tadi
kamu bilang lapar? Yuk makan.” Sebenarnya
yang lapar adalah dirinya sendiri, tatapi diproyeksikan kepada orang lain untuk
menghindari egonya (dirinya) malu. Kita sering melakukan proyeksi, tetapi kita
tidak meyadarinya.
8. Introyeksi (Introjection)
Proses dimana seseorang mengambil ke dalam struktur egonya
sendiri, semua atau sebagian dari kepribadiannya sendiri.
Contoh: Seorang anak yang membenci seseorang tapi karena
egonya ia “memasukkan” orang
tersebut
ke dirinya sendiri, sehingga ketika ia kesal ke orang tersebut ia akan memukuli dirinya
sendiri.
This entry was posted
on 15.46
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
.