Psikologi Konsumen 1
Posted
Setiap orang dalam
hidupnya berperan sebagai tenaga yang menghasilkan sesuatu (barang, jasa, dan
uang), sebagai tenaga kerja dan sebagai tenaga yang menggunakan sesuatu
(barang, jasa, dan uang). Peran tenaga kerja dan konsumen merupakan dua sisi
dari kehidupan manusia. Kerja hendaknya diartikan secara luas sebagai
serangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat mempertahankan, mewrawat,
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan kehidupan serta mngembangkan
potensi-potensinya.
Dengan bekerja, tenaga kerja yang menghasilkan barang
atau jasa memperoleh imbalan uang. Uang penghasilan ini merupakan masukan utama
dari sistem manusia atau sistem keluarga untuk digunakan atau dibelanjakan agar
kesehatan dan kesejahteraan dirinya atau keluarganya dapat dipelihara dan
ditingkatkan.
Membelanjakan uang penghasilan berarti membeli dan
menggunakan atau mengabsorpsi produk dalam bentuk barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sistem industri. Barang dan jasa di sni diartikan sebagai
setiap jenis barang atau jasa yang dipandang bermanfaat bagi dirinya sendiri
atau untuk orang tertentu lainnya.
PENGERTIAN
Psikologi konsumen bersibuk diri secara luas, dengan
manusia sebagai konsumen dari barang dan jasa. Sasaran utama ialah menjelaskan
perilaku konsumen, misalnya menguraikan macam pilihan apa yang dibuat orang, di
bawah macam keadaan apa, dan dengan alasan-alasan apa (Howell & Dipboye,
1986). Karena sasaran utama ialah menjelaskan perilaku konsumen, maka di
samping ‘psikologi konsumen’ juga digunakan istilah ‘perilaku konsumen’.
Katona (1980) memandang perilaku konsumen sebagai cabang
ilmu dari perilaku ekonomika (behavioral
economics). Perilaku ekonomika merupakan ilmu yang selain mengkaji perilaku
konsumen, juga mengkaji ‘perilaku menabung’, ‘perilaku berusaha’ atau ‘perilaku
berwirausaha’, ‘penghasilan yang
didapat’, ‘perilaku ekonomi dalam system pemasaran yang berbeda-beda’,
‘perilaku ekonomi politik’, ‘proses kerja’, dan ‘perilaku keorganisasian’.
Dalam perkembangan psikologi konsumen, terjadi
kecenderungan perubahan fokus yang sangat mencolok, yaitu yang semula
pandangannya dipusatkan kepada konsumen sebagai pembeli saja fokusnya menjadi
konsumen sebagai konsumen, dalam arti yang lebih luas daripada pembeli (Jacoby,
1976; Perloff, 1968).
Ciri-cirinya ialah pertama,
perhatian meluas sampai pada hal-hal diluar kegiatan membeli. Perilaku konsumen
diberi batasan yang lebih luas, yaitu sebagai acquisition, use and disposition of products, services, time, and ideas.
(Jacoby, 1976). Kedua, meningkatnya
kecenderungan untuk mendekati masalah dari sudut pandang konsumen. Ketiga, perilaku konsumen dikaji dengan
tujuan ilmiah murni. Keempat, makin
besarnya perhatian terhadap isu-isu sosial.
Proses pembelanjaan terdiri dari tiga proses, yaitu:
1. Proses
penawaran: proses menarik perhatian, memberitahu, menimbulkan minat,
menimbulkan keinginan untuk membeli/menggunakan barang dan/atau jasa. Kajianya
antara lain meliputi: (a) efektivitas penggunaan media, (b) efektivitas dari
iklan dan commercials.
2. Proses
pengambilan keputusan membeli yang meliputi proses membeli berdasarkan
kebiasaan dan berdasarkan pertimbangan. Kajian yang dilakukan antara lain: (a)
kajian dari pilihan-pilihan yang diinginkan (prefences) konsumen, (b) kajian dari kebiasaan pola membeli.
3. Proses
penetapan keperluan dan kebutuhan konsumen dengan melakukan
penelitian-penelitian tentang: (a) motif-motif membeli dari sekelompok orang,
(b) harapan-harapan ekonomis dari orang, (c) perkiraan permintaan akan
produk-produk dan jasa, (d) citra (images)
dari produk-produk.
Menurut
Katona ada lima perangkat ubahan (variabel) yang menentukan dan mempengaruhi
perilaku konsumen, yaitu:
a. Kondisi-kondisi
yang memungkinkan (enabling conditions)
yang menetapkan batas-batas kemampuannya sebagai konsumen.
b. Keadaan-keadaan
yang mempercepat (precipitating
circumstances) yang mempengaruhi perilaku ekonomi.
c. Kebiasaan
memerankan peran yang penting.
d. Kewajiban-kewajiban
perjanjian (contractual obligations)
dari orang (seperti sewa, premium asuransi jiwa, pajak, bayar cicilan untuk
mobil) mempengaruhi perilaku ekonomi.
e. Keadaan
psikologikal konsumen.
PENEMUKENALAN
KEPERLUAN KEBUTUHAN KONSUMEN
1.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan
data untuk dapat menemukenali keperluan dan kebutuhan (termasuk keinginan dan
harapan) konsumen biasanya dilakukan dengan menggunakan metode: panel konsumen,
metode survei kuesioner, metode skala dan pengharkatan, wawancara,
teknik-teknik proyektif, dan metode observasi.
Untuk
mendapatkan hasil penelitian yang sesuai yang abash dan andal, dan agar dapat
ditentukan sejauh mana hasil penelitian dapat diberlakukan secara umum, maka
perlu diperhatikan (a) penggunaan metode yang sesuai , (b) penentuan sampel
penelitian yang tepat, (c) pengumpul data yang terlatih dan terampil.
McCormick
dan Tiffin (1974) menjelaskan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Panel
Konsumen
Panel adalah sekelompok
orang yang merupakan satu sampel dalam penelitian konsumen. Tergantung dari tujuan penelitian, para
anggota panel dapat dikumpulkan sebagai satu kelompok, diperlakukan secara perorangan,
dihubungi melalui telepon, dihubungi melalui pos, atau diperlakukan dengan cara
lain.
Panel digunakan untuk
berbagai tujuan seperti mendapatkan pandangan tentang berbagai produk dan
pengepakan, pengujian selera produk-produk makanan.
b. Metode
Survei Kuesioner
Metode ini terdiri dari
serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh orang-orang yang merupakan
sampel penelitian. Kuesioner dapat diberikan secara pribadi, melalui pos, atau
melalui cara lain.
Pada metode ini
terdapat beberapa kelemahan dan kesulitan dalam pengembangan kuesioner. Perlu
diperhatikan dalam pengembangan kuesionernya tentang tatabahasa pertanyaan yang
digunakan, kata-kata yang digunakan, jumlah dan urutan pertanyaan dan
lain-lain.
Secara khusu perlu
dihindari pertanyaan yang ‘diinginkan oleh kelompok sosial’ (social desirable), yaitu pertanyaan yang
mengundang jawaban yang mencerminka bagaimana penjawab mengira harus ia jawab
(sesuai dengan keinginan si penanya) dan bukan jawaban yang menurut penjawab
yang paling tepat atau benar.
c. Metode
Skala dan Pengharkatan
Metode skala dan
pengharkatan (scaling and rating methods)
biasanya digunakan dalam penelitian konsumen untuk mengukur pandangan dan sikap
konsumen terhadap suatu produk. Salah satu skala sikap yang digunakan ialah
skala semantic differential (SD).
Skala SD yang dikembangka oleh Osgood dan rekan-rekan terdiri dari
pasangan-pasangan kata sifat yang berlawanan yang dianggap relevan dengan objek
sikap yang ingin diukur, yang memiliki nilai-nilai skala sesuai dengan
kedudukannya antara kedua kata sifat yang berlawanan.
d. Wawancara
Ada tiga jenis
wawancara yang dapat digunakan, yaitu:
1)
Wawancara Berstruktur
Bentuk wawancara ini
menyerupai kuesioner dengan perbedaan pertanyaan-pertanyaan ditanyakan secara
lisan. Wawancara berstruktur dapat dilakukan dalam survei penelitian pasar
pintu-ke-pintu (door-to-door),
sedangkan pewawancara mengikuti prosedur wawancara yang telah ditentukan
sebelumnya secara umum.
2)
Wawancara tidak Berstruktur
Wawancara ini bertujuan
untuk mendapatkan informasi dari konsumen yang mencerminkan sesuatu tentang
pengaruh dari iklan-iklan tertentu terhadap terjadinya pembelian.
3)
Wawancara Dalam (depth interview)
Digunakan untuk
memeperoleh pemahaman tentang motivasi manusia berkaitan dengan penggunaan
produk-produk. Peran pewawancara ialah untuk membuat hubungan kepercayaan
dengan penjawab. Penjawab pada umumnya menetukan arah dan isi dari wawancara.
Dichter mengusulkan penggunaan dari wawancara dalam keadaan-keadaan berikut:
(a) jika data yang dicari tidak berada pada tingkat rasional atau sadar, (b)
jika kita menangani mekanisme psikologikal dan bukan hubungan sebab-akibat yang
sederhana, (c) jika penjawab mempunyai kesempatan untuk mengahasilkan
pencampuran (interference) secara
sadar atau tidak sadar antara waktu ia memahami pertanyaan dan waktu ia
menjawab pertanyaan tersebut.
e. Teknik-teknik
Proyektif
Teknik-teknik proyektif
adalah teknik-teknik yang menimbulkan jawaban-jawaban orang terhadap rangsang
yang secara sengaja bersifat taksa (ambiguous)
atau tidak berstruktur. Teknik-teknik proyektif yang terutama digunakan dalam
psikologi klinis, digunakan dalam bidang psikologi konsumen terutama untuk
dapat diambil kesimpulan dari jawaban-jawaban tentang motivasi, sikap dan
ubahan-ubahan lain yang relevan bagi perilaku konsumen.
Teknik-teknik yang
pernah digunakan dalam penelitian konsumen antara lain ialah teknik asosiasi,
tes melengkapkan kalimat, dan teknik konstruksi.
f. Mengamati
Perilaku Konsumen
Aspek-aspek tertentu dari
perilaku konsumen dapat secara langsung diamati dalam situasi sehari-hari.
Roger Barker dan rekan-rekannya menggunakan teknik ini dalam psikologi ekologi.
Mereka membuat catatan langkap tentang perilaku anak-anak dalam keadaan khusus
seperti dalam kelas dan toko obat. Cara yang sama dilakukan oleh Wells dan Lo
Sciuto (1966) yang mencatat perilaku pengunjung pasar swalayan. Pengamatan
ditujukan kepada apa yang dikerjakan, bukan pada apa yang dibicarakan.
Pengamatan dimulai dari pengunjung.
2.
Penelitian Pemasaran
Beberapa penelitian, survei, kajian yang
pernah dilakukan adalah:
a. Survei
Pendapat Konsumen
Survei ini dilakukan
untuk menemukenali keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap barang dan jasa.
Dari hasil survei ini produsen dapat mengembangkan jenis barang dan jasa yang
akan dihasilkan. Tujuan survei ialah mendapatkan petunjuk dalam merancang
produk baru, memodifikasi produk yang telah ada, atau menyiapkan iklan yang
lebih sesuai.
b. Pengujian
Produk
Merupakan praktek umum
untuk mengadakan pengujian awal dari produk-produk baru sebelum mereka
dipasarkan dengan tujuan dapat diketahuinya sejauh mana produk dapat diterima
oleh para konsumen potensial. Dalam kajian yang dilakukan oleh Harris, yang
dikutip oleh McCormick & Tiffin, ditemukan bahwa terdapat korelasi yang
berarti antara indeks pilihan (prefences
index) dari sampel kajian dengan
penjualan aktual dari produk-produk.
c. Pengepakan
Aspek lain dalam
penelitian pemasaran berhubungan dengan pengepakan produk. Para produsen dari
produk tertentu melakukan penelitian yang berkaitan dengan rancangan pengepakan
untuk memperoleh pandangan dan pilihan dari orang tentang kemungkinan rancangan
yang berbeda-beda. Pandangan dan pilihan seperti ini biasanya diperoleh melalui
wawancara dengan beberapa sampel konsumen.
ASPEK
KEPRIBADIAN
Dalam pengambilan
keputusan untuk membeli atau menggunakan barang dan/atau jasa, konsumen
dipengaruhi, selain oleh faktor-faktor dalam dirinya, juga oleh faktor-faktor
di luar dirinya.
1.
Aspek Kognitif
Semua
proses kognitif yang terlibat dalam perolehan dan penyimpaan dari informasi, meliputi perhatian, persepsi dan ingatan. Orang secara
selektif memperhatikan apa yang disajikan dan mengamati apa yang menarik
perhatian mereka. Faktor-faktor yang menentukan pusat perhatian, cara dengan
mana bahan-bahan yang diperhatikan diamati, dan kemungkinan bahwa bahan-bahan
tersebut akan diingat mencakup kedua-duanya, yaitu ciri-ciri dari bahan dan
kondisi-kondisi dalam diri orang.
Proses kognitif dimulai dengan seleksidari sekelompok
rangsang oleh orang. Orang menjadi sadar (aware)
akan kelompok rangsang yang telah ia pilih. Dari sekian banyak iklan di harian,
ada beberapa iklan yang menarik perhatian. Orang sadar akan adanya iklan-iklan
tertentu. Tahap kedua dari proses kognitif ialah persepsi. Bagaimana orang
mempersepsikan diri mereka sendiri atau orang lain, mempersepsikan
barang-barang atau jasa-jasa yang ada di sekitar mereka, mempunyai dampak yang
berarti pada perilaku konsumen. Dari sejumlah iklan barang dan jasa dipilih
kelompok iklan dari barang atau jasa tertentu (tahap sadar), misalnya kelompok
iklan penjualan komputer pribadi. Dari kelompok
iklan yang dipilih ia mulai memeperhatikan dan mengamati (tahap
persepsi). Data tentang jenis komputer yang dijual dibaca, diolah, dinilai
dibandingkan dengan data komputer yang telah dipunyai diingatan, yang diperoleh
lewat pengalaman dan pengetahuan orang lain dan dirinya sendiri, yang merupakan
hasil dari proses pembelajaran (tahap pembelajaran). Akhirnya terjadi satu
penyimpulan atas dasar besar kecilnya kemungkinan barang atau jasa tersebut
memenuhi keperluan dan kebutuhannya.
Dalam proses pembelajaran ada dua aspek yang perlu
diperhatikan yaitu, aspek recall dan recognition. Kedua-duanya berkaitan
dengan ingatan. Pada recall isi ingatan ‘dipanggil kembali’. Orang secara
aktif ‘mencari’ isi ingatan di gudang penyimpanan ingatan (memory storage). Sedangkan pada recognition
isi ingatan ‘dikenali’. Orang hanya mengenali isi ingatan yang disajikan
kepadanya bersama-sama dengan hal-hal lain yang sejenis.
2.
Status Aktif
a. Motivasi
Motivasi
dapat dijelaskan dengan teori isi dan teori proses. Dalam psikologi konsumen
kedua teori digunakan. Psikologi konsumen ingin mengetahui motif atau kebutuhan
tertentu yang akan timbul untuk membantu meramalkan bagaimana pesan atau produk
konsumen akan diterima oleh publik yang relevan.
Teori
motivasi memberikan tekana kepada proses, mencoba untuk menjelaskan bagaimana
motivasi melaksanakan fungsi-fungsi pemberian tenaga dan pengarahannya. Dari
sudut pandang komunikasi, pesan atau informasi tentang produk akan mempengaruhi
proses kognitif. Motivasi berfungsi untuk mempengaruhi setiap langkah. Pesan
tentang suatu produk yang diinginkan akan lebih besar kemungkinannya untuk
diterima, dipandang sebagai baik dan akan dijawab dibandingkan dengan pesan yang
netral.
b. Sikap
Motivasi
dan sikap sangat erat hubungannya. Beda utama ialah bahwa sikap harus ada
komponen kognitif dan bahwa mereka berorientasi objek. Sikap juga lebih dilihat
kurang berkaitan dengan tindakan dibandingkan dengan motivasi. Sikap mempunyai
acuan objek yang jelas dan melibatkan afek positif atau negatif sampai derajat
tertentu.
Niat
atau intention merupakan aspek sikap
yang diukur dalam hubungannya dengan perilakunya yang sesuai. Sikap pada
umumnya diukur dengan salah satu alat dalam bentuk pelaporan diri.
3.
Ciri-ciri Kepribadian
a. Pemangsaan Pasar (Market Segmentation)
Penjual
harus mengetahui dan memutuskan kepada siapa produk ditujukan. Populasi sasaran
(target population) atau pasar primer
harus ditemukenali dan diuraikan serinci dan selengkap mungkin.
Pemangsaan
pasar merupakan penggolongan dari konsumen berdasarkan ciri-ciri perbedaan
perorangan yang diperkirakan mempunyai kaitan dengan kebiasaan membeli atau
belanja. Untuk keperluan itu dapat diguanakn faktor-faktor demografis atau psikografis.
Ciri-ciri dari demografis sperti umur, jenis kelamin, penghasilan dan lokasi
geografikal merupakan dasar tradisional untuk penggolongan. Sedangkan ciri-ciri
seperti afiliasi, agresi, dominansi, dan lain-lain merupakan dasar untuk
penggolongan psikografis.
Pendekatan
‘konsumen produk’, yaitu penemukenalan kelompok-kelompok dengan pola
pembelanjaan yang secara umum sama, dan pendekatan ‘produk konsumen’, yaitu
berdasarkan kategori produk berusaha mengenali ciri-ciri dari pengguna produk
yang tidak menggunakan produk.
Ada
dasar penggolongan yang berbeda dari dasar penggolongan konsumen di atas, yaitu
penggolongan berdasarkan kecenderungan konsumen untuk innovate atau mencoba produk baru.
b. Kelompok Demografis
1) Konsumen Pria: (a) mudah terpengaruh oleh bujukan
penjual, (b) sering tertipu, (c) punya perasaan kurang enak jika memasuki toko
tanpa membeli sesuatu, (d) kurang begitu berminat untuk berbelanja sehingga
sering terburu-buru mengambil keputusan membeli, (e) mudah dipengaruhi oleh
nasihat yang baik, argumentasi yang objektif.
2) Konsumen Wanita: (a) tidak mudah terbawa arus atau
bujukan penjual, (b) lebih banyak tertarik pada warna dan bentuk, (c) lebih
banyak tertarik pada ‘gejala mode’, (d) mementingkan status sosial, (e)
menyenangi hal-hal yang romantis daripada hal yang objektif, (f) mudah meinta
pandangan, (g) kurang begitu tertarik pada hal-hal teknis dari barang yang akan
dibelinya, (h) senang berbelanja, (i) cepat merasakan suasana toko.
3) Konsumen Remaja: (a) remaja sangat mudah terpengaruh rayuan
penjual, (b) mudah terbujuk iklan, (c)
tidak berpikir hemat, (d) kurang realistis, romantis, dan impulsif.
4) Konsumen Lanjut Usia: (a) umumnya kelompok ini mempunyai
pola pikir yang sesuai dengan pengalaman hidupnya, (b) tidak bisa mengikuti
perputaran zaman, (c) tidak terburu-buru dalam membeli barang, (d) kehidupannya
sekarang dirasakannya sangat tidak menyenangkan, (e) bersikap tenang dan ramah.
c. Kelompok Psikografis
Gaya
hidup menurut Hawkins dan rekan ialah “Gaya hidup seseorang adalah fungsi dari
ciri-ciri dalam diri individu yang telah dibentuk melalui interaksi sosial
sewaktu orang bergerak melalui daur hidupnya. Jadi gaya hidup dipengaruhi oleh
faktor-faktor dalam diri individu dan faktor-faktor diluar individu seperti
budaya, status sosial, kelompok acuan, keluarga.”
Gaya
hidup dapat disadari ataupun tidak. Artinya keputusan kita ambil dengan
kesadaran penuh akan dampaknya terhadap gaya hidup kita. Gaya hidup memiliki
dua aspek bagi konsumen. Pertama berfungsi sebagai pendorong, motivator untuk
berbagai kegiatan membeli. Aspek kedua ialah bahwa gaya hidup dapat berubah
sebagai hasil dari proses pengambilan keputusan konsumen.
Psychographics (psikografika) adalah satu cara untuk menguraikan gaya hidup dari konsumen
dengan menafsirkan dimensi-dimensi gaya hidup seperti aktivitas, minat dan
pendapat-pendapat. Sistem Value and
Lifestyles (VALS) yang dikembangkan oleh Stamford Research Institute, menemukan
adanya sembilan gaya hidup di Amerika Serikat, yang secara luas digunakan oleh
para pemasar (Hawkins dan rekan, 1983). Berikut adalah sembilan gaya hidup
menurut Hawkins dan rekannya:
1)
The integrated: mereka dewasa sepenuhnya dalam arti psikologis, toleran, pasti diri,
beraktualisasi diri dan sering memiliki perspektif dunia.
2)
Achievers:
mereka pimpinan dari perusahaan, para profesional, pimpinan pemerintahan.
3)
Emulators:
mereka ambisius, mobil ke atas, sadar akan status, kompetitif.
4)
Belongers:
merekan tradisional, konservatif, konvensional, nostalgic dan unexperimental.
5)
Societally conscious: mereka memiliki rasa tanggug jawab sosial yang tinggi
yang mengarah ke dukungan mereka terhadap konservasi, lingkungan hidup, dan
orientasi ke konsumen.
6)
Experentials: mereka menginginkan pengalaman lan gsung dan kelibatan yang kuat.
7)
I-am-me:
mereka zippy, dramatis, impulsif,
sangat individualistis, dan sangat inventif.
8)
Sustainers:
mereka sangat ingin untuk maju.
9)
Survivors:
kelompok ini miskin dan jauh dari arus utama budaya.
This entry was posted
on 15.45
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
.